Adu Hebat Bursa Asia: IHSG Paling Buncit, Siapa Juara?

Adu Hebat Bursa Asia: IHSG Paling Buncit, Siapa Juara?

kaptenberita.com –

Jakarta – Bursa Asia secara mayoritas ditutup cerah bergairah pada perdagangan Kamis (2/11/2023) kemarin, di dalam area mana penanam modal di dalam dalam kawasan hal itu juga cenderung merespons positif dari sikap bank sentral Amerika Serikat (AS) yang digunakan dimaksud memilih untuk kembali menahan suku bunga acuannya.

Read More

Jika ditelisik pada penutupan perdagangan kemarin, bursa saham acuan Vietnam yakni VN-Index menjadi yang penguatannya paling besar kemarin yakni mencapai 3,44%.

Sedangkan untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHGS), pada penutupan perdagangan kemarin menjadi juara keempat, dalam mana IHSG berhasil ditutup melejit 1,64%.

Namun sayangnya, indeks KLCI Malaysia juga juga Shanghai Composite China berakhir kurang menggembirakan yakni berada pada tempat zona merah, di dalam area mana masing-masing 0,96% kemudian juga 0,45%.

Sedangkan jika dilihat selama sepekan terakhir, indeks Nikkei 225 Jepang menjadi juaranya yakni meroket 4,41%. Sayangnya, IHSG menjadi yang digunakan hal itu paling buruk kinerjanya selama sepekan terakhir.

Jika ditarik lurus, memang pergerakan bursa Asia cenderung volatil. Bahkan IHSG pada pekan ini juga volatilitasnya masih cukup tinggi. Beberapa penyebab cerahnya bursa Asia kemarin. Salah satunya yakni terkait bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di tempat area level 5,25-5,50%. Namun, The Fed menegaskan jika inflasi belum turun secepat keinginan dia itu sehingga kemungkinan kenaikan suku bunga masih ada.

Keputusan The Fed menahan suku bunga pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia (2/11/2023) adalah yang dimaksud yang kedua kalinya dalam dua pertemuan terakhir. The Fed terakhir kali menaikkan suku bunga pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) 25 Juli 2023. Keputusan menahan suku bunga juga sejalan dengan ekspektasi pelaku pasar.

Seperti diketahui, The Fed mengerek suku bunga secara agresif sebesar 525 basis poin (bp) sejak Maret 2022 hingga Juli tahun ini.

Selain The Fed, faktor lainnya yakni kebijakan suku bunga acuan bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ). Sebelumnya pada Selasa lalu, BoJ juga memutuskan menahan suku bunga jangka pendek di tempat dalam hitungan -0,1% kemudian imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun di tempat area sekitar 0% yang dimaksud ditetapkan berdasarkan pengendalian kurva imbal hasil (Yield Curve Control/YCC).

Dilansir dari CNBC International, BoJ memberikan lebih lanjut tinggi banyak fleksibilitas dalam kebijakan pengendalian kurva imbal hasil, mengubah istilah yang tersebut mana digunakan untuk menggambarkan batas atas imbal hasil obligasi pemerintah Jepang bertenor 10 tahun.

Dalam rilisnya, BoJ mengatakan tingkat target imbal hasil Japanese Government Bond (JGB) 10-tahun akan dipertahankan pada 0%, namun akan menggunakan batas atas 1% “sebagai referensi.” Fleksibilitas ini menjadi senjata baru bagi BoJ untuk menarik kembali pemodal asing dan juga juga menjaga imbal hasil.

Dalam rilisnya, BoJ mengatakan tingkat target imbal hasil Japanese Government Bond (JGB) 10-tahun akan dipertahankan pada 0%, namun akan menggunakan batas atas 1% “sebagai referensi.”

Sebagai catatan, pada Juli 2023, BoJ secara efektif memperluas rentang target imbal hasil JGB 10-tahun sebesar 50 basis poin menjadi 1% dalam kedua sisi.

Namun, bank yang dimaksud mengindikasikan akan berkomitmen untuk membiarkan imbal hasil berfluktuasi dalam kisaran sekitar plus serta minus 0,5 poin persentase dari tingkat target 0% yang mana mana ditetapkan pada Desember 2022.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *