kaptenberita.com –
Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kian terpuruk bahkan mendekati level Rp16.000/US$. Longsornya rupiah terjadi akibat kata-kata bank sentral (AS) yang digunakan hal tersebut hawkish untuk menekan inflasi yang tersebut digunakan sulit terkendali hingga pernyataan higher for longer.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah hari ini (2/11/2023) memang ditutup dalam hitungan Rp15.850/US$ atau menguat 0,50% terhadap dolar AS. Kendati menguat hari ini, namun reli pelemahan rupiah terjadi sejak Mei 2023 yang mana dimaksud konsisten terdepresiasi enam bulan berturut-turut.
Posisi terlemah rupiah tahun ini terjadi pada 27 Oktober 2023 di tempat tempat nomor Rp15.935/US$ yang mana hal tersebut juga merupakan posisi terparah sejak 3,5 tahun terakhir. Sebaliknya, posisi terkuat rupiah adalah pada 28 April 2023 di area tempat mana mata uang Garuda mampu berdiri pada posisi Rp 14.665/US$.
Rupiah menguat pada hari ini setelah terpuruk parah. Keputusan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) yang mana menahan suku bunga pada Kamis dini hari ini memproduksi rupiah menguat tajam.
Rupiah Babak Belur di tempat dalam Oktober 2023
Rupiah menjalani bulan berat pada Oktober dengan mencatat pelemahan sebesar 2,7%. Pelemahan ini adalah yang terdalam sejak Maret 2020 dalam mana rupiah ambruk 12% lebih.
Rupiah juga sudah ambruk 1,98% sepanjang tahun ini. Sepanjang 10 bulan yang digunakan yang disebut sudah dijalani, rupiah semata-mata menguat tiga kali yakni Januari, Maret, serta April. Selebihnya mata uang Garuda terkapar.
Januari 2023
Pada awal tahun, rupiah melemah akibat cadangan devisa Indonesia yang digunakan hal itu merosot dalam tujuh bulan beruntun sebelum naik pada November 2022. Hal ini sudah bisa jadi jadi memberikan gambaran tirisnya pasokan valas di tempat tempat dalam negeri, padahal seharusnya dapat belaka meningkat sebab neraca perdagangan terus mencetak surplus.
Ditengarai para eksportir menempatkan dolar AS mereka itu dalam Singapura. Pasalnya, suku bunga deposito valas pada tempat Singapura tambahan besar tinggi ketimbang dalam dalam Indonesia.
Februari 2023
Apresiasi rupiah terjadi lantaran spekulasi bahwa bank sentral AS (The Fed) akan mengurangi hawkish, mengingat inflasi yang dimaksud dimaksud sudah pernah memuncak.
Di sisi lain, rupiah sedang dinaungi sentimen positif dari indeks manufaktur yang digunakan berada di tempat area 51,3 pada Januari, tambahan tinggi dari bulan sebelumnya 50,8. PMI manufaktur pada atas 50, tentunya sanggup memberikan sentimen positif ke rupiah. Seperti diketahui, industri pengolahan berkontribusi sekitar 18% terhadap item domestik bruto (PDB), terbesar berdasarkan lapangan usaha.
Maret 2023
Tercatat perkembangan kegiatan ekonomi asing yang dimaksud mana kabur dari pasar Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp3,03 triliun pada 6-9 Maret 2023. Selain itu, outflow dalam dalam pasar SBN dipengaruhi oleh sentimen The Fed. Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell yang tersebut dimaksud mengungkapkan bahwa suku bunga AS atau fed fund rate (FFR) akan naik lebih besar besar tinggi, bikin semua penanam modal putar arah.
Hal ini yang dimaksud menyebabkan yield US Treasury meningkat kemudian memberikan dampak terhadap pasar keuangan Indonesia, terutama ke pasar obligasi pemerintah.
April-Mei 2023
Pertumbuhan sektor ekonomi Amerika Serikat yang tersebut dimaksud tambahan besar rendah dari ekspektasi menimbulkan dolar AS kesulitan bangkit.
Isu utang Amerika Serikat juga menjadi salah satu penekan dolar AS. Data dari Kementerian Keuangan menunjukkan per 31 Maret utang Amerika Serikat menembus US$ 31,45 triliun, diperparah dengan ancaman anggaran belanja yang digunakan diperkirakan akan habis.
Pada 28 April 2023, rupiah mampu berdiri pada area posisi Rp 14.665/US$.
September-Oktober 2023
Pasca bank sentral AS (The Fed) meyakini suku bunga AS di dalam tempat level yang mana tinggi dalam untuk periode yang mana panjang.
Dilansir dari Reuters, pejabat bank sentral AS (The Fed) mengatakan bahwa kebijakan moneter perlu tetap bersifat restriktif untuk “beberapa waktu” agar inflasi kembali turun ke target The Fed sebesar 2%.
Kendati ada kemajuan besar, inflasi masih terlalu tinggi, kemudian ia memperkirakan akan tepat bagi (Fed) untuk menaikkan suku bunga lebih tinggi banyak lanjut lalu mempertahankannya pada tingkat yang dimaksud ketat untuk beberapa waktu.
Otoritas Jasa Keuangan mencatat sepanjang Oktober 2023 (per 27 Oktober) penanam modal asing sudah menarik dana senilai Rp6,37 triliun dari pasar modal RI. Sementara dari pasar utang, asing melepas obligasi RI hingga Rp13,63 triliun sepanjang Oktober 2023, yang digunakan dimaksud berimbas pada tertekannya nilai tukar rupiah.
Capital outflow ini tidaklah belaka terjadi pada pekan lalu melainkan sudah terjadi bahkan dalam empat minggu beruntun. Derasnya capital outflow ini terjadi secara beruntun sejak minggu ke-4 September khususnya dalam data transaksi 25-27 September 2023 yang digunakan tercatat penanam modal asing pada pasar keuangan domestik jual neto Rp7,77 triliun terdiri dari jual neto Rp7,86 triliun di tempat tempat pasar SBN, jual neto Rp2,07 triliun pada pasar saham, juga beli neto Rp2,16 triliun di area tempat SRBI
Lebih lanjut, fenomena kenaikan suku bunga yang digunakan tinggi kemudian dalam waktu lama atau higher for longer yang mana terjadi dalam Amerika Serikat (AS) memberikan imbas yang mana berat ke banyak negara berkembang, termasuk Indonesia.
Pasalnya, kondisi ini memicu arus modal kabur dari Tanah Air lalu menyebabkan pelemahan terhadap rupiah. Hal ini diungkapkan oleh Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu lalu.
“Capital outflow semua lari balik ke Amerika Serikat,” ungkap Jokowi dalam pertemuan beberapa waktu lalu, dikutip Jumat (27/10/2023).
Larinya modal asing ini sejalan dengan imbal hasil US Treasury 10 tahun di dalam dalam AS yang tersebut meningkat. Terlebih lagi, Ketua The Fed Jerome Powell pekan lalu mengungkapkan suku bunga AS akan dipertahankan pada tempat level yang mana digunakan tinggi dalam waktu yang tersebut hal tersebut lama.
Tidak sampai disitu, keluarnya asing dari domestik juga tercermin dari kepemilikan asing terhadap SBN Indonesia.
Kepemilikan penanam modal asing terhadap SBN Indonesia pada Januari 2023 tercatat sebesar 15,10% lalu juga mengalami peningkatan menjadi 15,51% pada Juni 2023. Namun sikap The Fed yang tersebut digunakan masih membuka kesempatan menaikkan suku bunganya menyebabkan pasar bergejolak kemudian akhirnya kepemilikan asing terus mengalami penurunan.
Investor asing pada 23 Oktober 2023 tercatat turun 0,83 percentage point menjadi 14,68% dengan dominasi 17,66% pada Surat Utang Negara (SUN) lalu hanya sekali cuma 1,62% di dalam dalam Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]