Diresmikan Maret 2024, Apa Itu Single Stock Futures (SSF)?

Diresmikan Maret 2024, Apa Itu Single Stock Futures (SSF)?

Jakarta – Bursa Efek Indonesia (BEI) terus berupaya meningkatkan barang instrumen investasi modal pasar modal, salah satunya kontrak berjangka saham atau Single Stock Futures (SSF) yang mana digunakan rencananya akan diluncurkan tahun 2024 mendatang.

Read More

Kepala Unit Divisi Pengembangan Bisnis Derivatif BEI Pier Ridge Yose mengatakan, BEI menargetkan instrumen penyelenggaraan kegiatan ekonomi itu dapat terealisasi pada Maret 2024.

“Jadi secara target, target kami SSF live launchingnya di dalam area Maret 2024,” ujarnya secara virtual, Kamis (9/11).

Sebelum peresmian barang tersebut, saat ini pihak bursa melakukan berbagai upaya seperti mengedukasi nasabah, bertemu komunitas, hingga para anggota bursa untuk menjelaskan barang tersebut.

“Nah sekarang mulai dari 2023 sampai nanti launching kami melakukan konfirmasi produk-produk ini sanggup likuid, pastinya kami siapkan,” sebutnya.

Selain itu, lanjutnya, BEI juga sedang membangun habitat perdagangan Single Stock Futures. Sehingga, tidaklah semata-mata hasil derivatifnya saja, tetapi juga proses on-boarding penanam modal agar berjalan dengan lancar.

Apalagi, pembukaan rekening juga diupayakan agar lebih lanjut tinggi cepat melalui Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).

Sebagai informasi, Single Stock Futures merupakan barang derivatif dalam bentuk kontrak atau perjanjian yang mana dimaksud nilai atau prospek keuntungannya terkait dengan kinerja aset lain. Artinya, dalam Single Stock Futures, kontrak hal itu disepakati antara dua belah pihak yang dimaksud mana mengedarkan atau membeli suatu saham dengan nilai juga jangka waktu tertentu.

Kontrak itu terbagi menjadi dua, yakni kontrak beli (long) lalu kontrak jual (short). Investor Long Futures akan mendapatkan keuntungan apabila biaya spot naik. Karena pemodal sudah pernah mengunci harga jual jual beli (harga matched) yang mana yang disebut lebih besar lanjut rendah dibandingkan nilai tukar di area dalam pasar (harga spot) yang mana mana lebih lanjut banyak tinggi.

Sedangkan pemodal Short Futures akan mendapatkan keuntungan apabila nilai jual spot turun. Karena pemodal sudah mengunci nilai jual (harga matched) yang digunakan tambahan lanjut tinggi dibandingkan harga jual jual dalam pasar (harga spot) yang tersebut lebih besar banyak rendah.

Perbedaan dalam instrumen saham dengan item tersebur terletak pada modal investasi. Jika penyetoran modal saham penanam modal menggelontorkan modal 100% dari nilai transaksi untuk membeli suatu saham. Sedangkan dalam SSF, pemodal belaka perlu mengeluarkan modal berkisar 4%-20% dari nilai transaksi atau biaya saham underlying.

Selanjutnya dari segi jangka waktu investasi, untuk saham tidak ada ada mempunyai batas waktu, sedangkan SSF terbatas sampai dengan jatuh tempo kontrak.

Realisasi keuntungan juga berbeda, jika dalam saham, pemodal dapat memperoleh keuntungan saat berjualan saham, lain halnya dengan SSF yang tersebut mana mengacu pada kondisi pasar setiap harinya.

Transaksi Single Stock Futures pun semata-mata mampu diimplementasikan dalam pasar reguler. Dari segi biaya transaksi, untuk SSF sebesar Rp 1.600 per kontrak, sedangkan saham sebesar 0,03% dari nilai transaksi.

Adapun dari sisi penyelesaian transaksi, jika saham terdiri dari physical settlement (T+2), sedangkan SSF sebagai cash settlement (T+1).

Single Stock Futures sendiri menggunakan underlying saham konstituen Indeks LQ45, dengan multiplier sebanyak 100 saham. Periode kontrak SSF pun bervariasi antara 1 hingga 3 bulan.

Artikel Selanjutnya Bursa Tegur ‘Keras’ KB Valbury Sekuritas Gara-Gara Hal Ini

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *