kaptenberita.com –
Jakarta – CEO Google Sundar Pichai mengakui pentingnya menjadikan Google Search miliknya sebagai software bawaan (default) untuk menjaga loyalitas pengguna.
Ini menjadi sebuah poin penting dalam tuntutan antimonopoli AS tentang miliaran dolar yang dimaksud dimaksud dibayarkan Google untuk menjadi mesin pencarian default pada laptop juga HP.
Google yang dimaksud mulai membayar status default pada perangkat pada tahun 2005, memenuhi tuntutan tersebut.
“Kami jelas melakukan kesepakatan untuk penempatan default,” kata Pichai, dikutip dari Reuters, Selasa (31/10/2023).
Dalam pemeriksaan silang, Pichai mengatakan pembayaran tahunan yang dimaksud dimaksud bernilai puluhan miliar itu ditujukan untuk menjaga status default. “Kami benar-benar melihat nilainya.”
Pemerintah AS melakukan penyelidikan untuk membuktikan apakah Google bertindak ilegal untuk mempertahankan dominasinya atas mesin pencari juga iklan digital.
Jika pemerintah menang, perusahaan terpaksa menghentikan beberapa praktik bidang bidang usaha yang yang disebut sudah pernah membantunya tetap berada di dalam tempat posisi teratas. Hal ini akan mengubah internet secara total, mengingat Google memegang perang penting dalam membentuk kultur internet dalam dalam dunia.
Dalam kesaksiannya, Pichai, diperlihatkan contoh ketika perusahaan tersebut meminta Apple, provider telekomunikasi, lalu pembuat ponsel pintar untuk menjadikan mesin pencarinya sebagai mesin pencari default pada perangkat merekan dengan imbalan perjanjian bagi hasil.
“Kami membayar eksklusivitas default berdasarkan perangkat per perangkat,” kata Pichai saat ditanyai oleh Departemen Kehakiman.
Seorang pengacara Departemen Kehakiman bertanya kepada Pichai tentang diskusi tahun 2007 dalam antara para eksekutif Google termasuk Pichai, sebelum ia menjadi kepala eksekutif, tentang permintaan Apple untuk mengizinkan pengguna memilih mesin pencari mereka itu pada versi baru browser Safari-nya.
Sebuah dokumen pada saat itu mengatakan 75% orang tak ada mengubah default kemudian menyatakan “default miliki dampak yang digunakan kuat.”
Pichai juga dituduh melakukan praktik ilegal untuk mengalahkan browser saingannya, Internet Explorer milik Microsoft.
“Pasar browser pada saat itu mengalami stagnasi,” kata Pichai tentang periode sebelum Google meluncurkan browser Chrome-nya, yang digunakan digunakan bersaing dengan komoditas Microsoft.
“Mereka (Microsoft) bukan begitu terdorong untuk memperbaiki browser,” ia memungkasi.
Artikel Selanjutnya Update Kasus Google, Masa Depan Internet Terombang-Ambing