kaptenberita.com –
Jakarta – Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan ini kembali memburuk, di tempat tempat mana IHSG sepanjang pekan ini terpantau ambles hingga tambahan banyak dari 1%. Bahkan, IHSG pada pekan ini sangat volatil.
Sepanjang pekan ini, indeks bursa saham acuan Tanah Air itu ambles 1,32% secara point-to-point (ptp), memburuk dari posisi pekan sebelumnya yang digunakan ambrol 1,12%.
Pada perdagangan Jumat (27/10/2023), IHSG ditutup menguat 0,66% ke posisi 6.758,79. IHSG pun terkoreksi ke level psikologis 6.700 pada pekan ini.
Selama sepekan, nilai transaksi IHSG mencapai Rp 36,7 triliun. Sayangnya, pemodal asing masih mencatatkan outflow atau pemasaran bersih (net sell) pada pekan ini. Asing melepas hingga Rp 2,58 triliun di area dalam seluruh pasar pada pekan ini.
Sepanjang pekan ini, pergerakan IHSG sangat volatil. Dimulai pada Senin pekan ini, IHSG berakhir ambles 1,57% ke posisi 6.741,96. Kemudian pada Selasa esok harinya, IHSG berhasil bangkit serta ditutup melesat 0,96% ke 6.806,76.
Berikutnya pada perdagangan Rabu pekan ini, penguatan IHSG kembali berlanjut, namun penguatannya terpangkas juga ditutup menguat 0,41% ke 6.834,39. Tetapi pada Kamis, IHSG kembali berbalik arah ke zona merah kemudian juga ditutup ambles lagi 1,75% menjadi 6.714,52.
Terakhir pada Jumat pekan ini, IHSG kembali bangkit kemudian sempat melesat hingga 1% lebih. Namun pada area akhir perdagangan Jumat, penguatan IHSG terpangkas sehingga indeks bursa saham Tanah Air hal itu cuma menguat 0,66%.
Sejatinya, IHSG tak ada sendirian. Bursa Asia-Pasifik juga bursa Amerika Serikat (AS), Wall Street juga sangat fluktuatif pada pekan ini. Namun, koreksi IHSG masih lebih banyak besar baik ketimbang bursa Asia-Pasifik lainnya lalu tentunya bursa Wall Street.
Aksi outflow asing dalam pasar saham RI menjadi salah satu penyebab volatilnya IHSG sepanjang pekan ini. Alasan asing terus melepas kepemilikannya di tempat dalam pasar saham bukan tak mungkin disebabkan oleh sebab itu tingginya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS), US Treasury
Yield Treasury tenor 10 tahun melejit bahkan sempat mencapai 5% pada awal pekan ini. Namun saat ini yield Treasury tenor 10 tahun berada dalam tempat 4,845%, sudah lebih besar besar membaik dibandingkan dengan posisi awal pekan ini. Namun, posisi ini masih cukup tinggi.
Alhasil, penanam modal asing terus melepas kepemilikannya dalam dalam negeri. Di pasar obligasi pemerintah, dalam data transaksi 25-27 September 2023 asing mencatatkan jual neto Rp 7,86 triliun di tempat tempat pasar SBN.
Namun, dalam beberapa hari belakangan, asing kembali memburu SBN RI. Berdasarkan data dari Bank Indonesia (BI) pada transaksi 23-26 Oktober 2023 menunjukkan asing mencatatkan beli neto Rp 2,18 triliun dalam pasar SBN.
Kenaikan yield Treasury tenor 10 tahun, yang mana dianggap sebagai tempat berlindung yang dimaksud itu aman pada tengah ketidakpastian perekonomian kemudian juga menjadi acuan biaya pinjaman di tempat area seluruh dunia, didorong oleh para penanam modal yang mana digunakan memperkirakan pertumbuhan AS terus bertahan dalam menghadapi siklus kenaikan suku bunga agresif bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Ketua Fed Jerome Powell mengatakan pekan lalu bahwa bank sentral mungkin perlu mempertahankan kenaikan suku bunga untuk mengembalikan inflasi ke tingkat target 2%.
Tak belaka itu saja, ketegangan geopolitik dalam Timur Tengah juga menjadi penyebab dikarenakan pemodal cenderung beralih ke aset safe haven, salah satunya yakni US Treasury.
Konflik pada area Timur Tengah yakni antara Israel-Hamas Palestina pada jalur Gaza masih menjadi perhatian pelaku pasar global hingga kini. Pada hari ini saja, pasukan Israel melancarkan operasi darat tahap baru melawan kelompok Hamas di tempat area Gaza.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan ini sebagai fase kedua dari perang tiga minggu yang tersebut bertujuan untuk menghancurkan kelompok militan pada area Palestina.
Ketidakpastian akibat belum diketahui kapan berakhirnya era suku bunga tinggi, di dalam tempat tambah ketegangan Israel-Hamas menyebabkan pemodal di dalam tempat global kembali mengurangi selera risikonya kemudian memilih untuk bermain aman di area area aset safe haven.
Alhasil, volatilitas pada pasar saham pun tak terhindarkan.
CNBC INDONESIA RESEARCH