Krisis Properti China Jadi Bom Waktu, Semoga RI Aman

Krisis Properti China Jadi Bom Waktu, Semoga RI Aman

kaptenberita.com –

Jakarta,CNBC Indonesia – Krisis properti masih membayangi sektor perekonomian China. Krisis bahkan sanggup menghasilkan perekonomian Sang Naga terpuruk dalam bawah 3% pada tahun depan.

Read More

S&P Global Ratings memperkirakan dunia usaha China semata-mata akan tumbuh 2,9% pada tahun depan jika krisis dunia perniagaan memburuk. Dana Moneter Internasional (IMF) juga memangkas pertumbuhan kegiatan ekonomi China menjadi 2,9% pada 2024, dari 3,0% pada hitungan sebelumnya.

Bank Dunia juga menurunkan proyeksi pertumbuhan China menjadi 4,4% pada 2024, lebih lanjut besar rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya di tempat area 4,8%.
Pemangkasan semua lembaga yang disebut merupakan dampak dari krisis properti.
Dalam skenario terburuk, S&P memperkirakan pemasaran properti China akan ambruk hingga 25% dari 2022. Nilai penuruan hal hal tersebut bica mencapai CNY 10 triliun atau sekitar US$ 1,4 triiliun (Rp Rp 22,28 triliun).

Real estate berkontribusi sekitar 13% terhadap Produk Domestik Produk (PDB) China. Harga rumah di area dalam kota-kota utama China jatuh dengan cepat. Harga rumah pada area kota-kota yang tersebut dimaksud kurnag maju ambruk 20% dibandingkan 2021 yang digunakan mencerminkan lemahnya konsumsi serta indeks kepercayaan bisnis.


Data Oxford Economics menunjukkan porsi sektor properti ke kredit perbankan sebenarnya tiada terlalu besar yakni di area area kisaran 5%
. Namun, ancaman datang dari eksposur bank-bank regional. Kredit macet atau non-performing loan bank-bank itu bisa saja belaka membengkak oleh sebab itu eksposur yang tersebut digunakan besar terhadap real estate.

Salah satu developer yang tersebut mana menjadi sorotan adalah Country Garden. Pengembang properti raksasa itu akhirnya gagal membayar bunga atas surat utang senilai US$500 jt atau Rp7,9 triliun (Rp15.915/US$1) yang dimaksud hal tersebut jatuh tempo pada tahun 2025. Hal ini menjadi tanda terbaru dari krisis dalam industri properti China.

Batas waktu, termasuk masa tenggang 30 hari setelah melewati tenggat waktu awal 17 September, untuk membayar bunga sebesar US$15,4 jt atau Rp245 miliar (Rp15.915/US$1) telah lama dijalani berlalu minggu lalu. Oleh sebab itu, peristiwa itu merupakan peristiwa gagal bayar.

Tawaran lelang tanah oleh pengembang swasta vs milik negara (sumber: Reuters)Foto: Feri Sandria
Tawaran lelang tanah oleh pengembang swasta vs milik negara (sumber: Reuters)

Perusahaan itu memperingatkan kreditornya awal bulan ini bahwa mereka itu itu bukan akan mampu membayar kembali pinjaman terpisah sebesar HK$470 juta, menjelaskan bahwa penjualannya berada di area area bawah tekanan yang dimaksud luar biasa.

Saham Country Garden sudah kehilangan tambahan dari dua pertiga nilainya tahun ini.  Krisis yang dimaksud dialami Country Garden memunculkan rumor bahwa pendiri lalu ketuanya sudah pernah meninggalkan China, namun klaim yang disebut ditolak dalam pernyataan perusahaan pada akhir pekan lalu.

Country Garden yang tersebut digunakan merupakan salah satu pengembang dengan utang terbesar pada tempat dunia, sekarang kemungkinan menghadapi salah satu restrukturisasi terbesar yang dimaksud pernah terjadi dalam area negara tersebut, menurut Bloomberg.

Menyusul gagal bayar serta restrukturisasi Evergrande China, perusahaan properti dengan utang terbesar dalam dalam dunia, goyahnya keuangan Country Garden merupakan pukulan terbaru terhadap pasar properti China bersama dengan industri terkait, menyumbang sekitar 20% dari komoditas domestik bruto negara kedua terbesar di area tempat dunia.

Mengikuti catatan Citicorp, Komite Penentuan Derivatif Kredit akan bertemu untuk mengkaji jika terjadi peristiwa kredit yang digunakan yang gagal membayar. Jika hal ini terjadi, maka hal ini akan membuka peluang untuk diberlakukannya kontrak credit default swap yang tersebut mana digunakan oleh para peniaga untuk melakukan lindung nilai terhadap bukan adanya pembayaran oleh pemerintah atau perusahaan jika terjadi gagal bayar.

Langkah Stimulus Properti China
China mulai berencana melakukan stimulus, namun Moody’s memperingatkan langkah-langkah stimulus sepertinya tak akan menopang perdagangan rumah yang digunakan digunakan terpuruk dalam jangka panjang.

Dampak positif dari langkah-langkah stimulus properti di area dalam daratan China kemungkinan semata-mata semata berumur pendek, dengan perdagangan rumah masih lesu setidaknya selama enam bulan ke depan, menurut Moody’s Investors Service.

Hal ini kemungkinan akan semakin menghambat kemampuan perusahaan real estat China untuk memenuhi kewajiban utang mereka itu yang dimaksud mana menggunung, menurut lembaga pemeringkat kredit dalam sebuah laporan pada hari Selasa.

Dalam delapan bulan pertama tahun ini, jualan rumah turun 1,5%. Namun baru-baru ini terdapat tanda-tanda bahwa banyak langkah dukungan pemerintah setidaknya memberikan dampak.

Pada bulan September, nilai tukar rata-rata tertimbang rumah baru pada tempat China turun 1,4% secara bulanan, setengah dari penurunan 2,8% pada bulan Agustus, menurut biro statistik negara tersebut, yang tersebut dimaksud memantau 70 kota.

Di kota-kota papan atas seperti Beijing kemudian Shanghai, biaya jual rumah baru masing-masing naik sebesar 0,4% dan juga juga 0,5%. Harga rumah tinggal juga mengalami beberapa perbaikan dimana nilai tukar dalam area kota-kota besar meningkat sekitar 0,2% untuk menahan penurunan dalam empat bulan.

Based on Data from the OECD and Goldman SachsFoto: Source: CaixaBank Research
Based on Data from the OECD and Goldman Sachs

Meskipun pasar belum pulih secara keseluruhan, biaya di area tempat beberapa kota lalu juga wilayah sudah mencapai titik terendah serta menunjukkan tanda-tanda pemulihan, menurut Zhang Bo, kepala analis dalam area 58 Anjuke Real Estate Research Institute di area area Shanghai. Kebijakan ramah pasar yang mana dimaksud diperkenalkan pada akhir Agustus serta awal September sangatlah penting, tambahnya.

Moody’s kurang optimis. Pada bulan September, perusahaan yang tersebut disebut menurunkan prospek industri properti China menjadi negatif dari stabil, dengan alasan lambatnya pemulihan kegiatan ekonomi kemudian fakta bahwa pengembang kesulitan untuk menyediakan apartemen yang digunakan sudah selesai dibangun kepada pembeli.

Apa Kabar Properti di tempat area Indonesia?
Krisis properti China dikhawatirkan bisa jadi jadi berdampak ganda kepada perekonomian global, yakni melalui pasar keuangan serta sektor riil. Dari pasar keuangan, krisis properti mampu menjadi sentimen negatif lalu juga meningkatkan ketidakpastian. 

Dari sektor riil, krisis properti China sanggup menyebabkan pertumbuhan negara hal itu melambat. Padahal, China adalah pasar terbesar ekspor Indonesia sekaligus salah satu pemodal asing terbesar dalam Tanah Air. China juga merupakan motor pertumbuhan perekonomian terbesar dalam Asia.

Dari dalam negeri, properti Indonesia juga belum menunjukkan kenaikan yang digunakan signifikan, tercermin pada laju indeks properti Indonesia.  Namun, pemerintah Indonesia sudah menciptakan stimulus baru untuk mengupayakan sektor perumahan serta konstruksi.

Pertumbuhan sektor real estate semata-mata hanya mencapai 0,37% (year on year/yoy) pada kuartal I-2023 juga 0,95% (yoy) pada kuartal II-2023. Padahal, multiplier effect dari sektor itu ke perekonomian diperkirakan mencapai 14-16%.

Untuk mendongkrak sektor properti, pemerintah sudah berkali-kali memberikan insentif dalam bentuk Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk sektor properti sebesar 100% bagi hunian dengan nilai jual sampai dengan Rp2 miliar serta juga PPN DTP sebesar 50% diberikan pada hunian dengan nilai jual Rp2-5 miliar.

Insentif tersebut diberikan beberapa periode seperti Maret 2021-September 2022. PPN DTP untuk rumah di tempat dalam bawah Rp2 miliar akan diberlakukan hingga tahun depan.
Dalam upaya mendongkrak pengaplikasian energi hijau, pemerintah juga sudah memberikan beragam insentif seperti pembebasan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) kendaraan berbasis listrik serta juga baterai.

Insentif serupa kembali diberikan pada tahun depan. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menetapkan kebijakan insentif untuk pembelian properti. Insentif itu sebagai Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang mana ditanggung pemerintah 100% untuk pembelian rumah pada area bawah Rp 2 miliar.

PPN rumah baru pada bawah Rp2 miliar ditanggung pemerintah 100% hingga Juni 2024. Setelahnya, pemerintah semata-mata menanggung PPN sebesar 50% saja.

Tidak cuma bantuan PPN, penduduk berpenghasilan rendah alias MBR, pemerintah memberikan insentif untuk pengurusan administrasi rumah baru mulai dari Bea Perolehan Hak atas Tanah lalu juga Bangunan (BPHTB) serta lain-lain senilai Rp 4 juta. Ini berlaku hingga tahun 2024.

Pemberian insentif ini mampu cuma mengurangi permasalahan kekurangan atau backlog rumah yang tersebut mencapai 12,1 juta. Tentunya kebijakan ini akan memberikan angin segar bagi sektor properti yang dimaksud mana menawarkan rumah pada bawah Rp2 miliar.

CNBC Indonesia Research

[email protected]

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *