MPASI Buatan Pabrik Bahaya Gak Sih Buat Bayi? Pakar Pangan Ungkap Faktanya

MPASI Buatan Pabrik Bahaya Gak Sih Buat Bayi? Pakar Pangan Ungkap Faktanya

kaptenberita.com – Makanan pendamping ASI (MPASI) buatan pabrik atau MPASI fortifikasi kerap dianggap kurang baik diberikan kepada bayi oleh sebab itu kurang alami. Di sisi lain, MPASI fortifikasi yang mampu jadi membantu para ibu yang mana sibuk dengan aktivitas lain sembari mengurus bayinya.

Lantas bagaimana keamanan MPASI fortifikasi? Pakar Teknologi Pangan Prof. Dr. Ir. Sugiyono, M.AppSc., menjelaskan bahwa makanan pabrikan sendiri ialah hasil pengolahan makanan dalam pabrik yang dimaksud mencakup pemasakan juga proses pengeringan.

Tujuan pengeringan untuk mengeluarkan air dari makanan sehingga menjadi tahan lama tanpa mengalami kerusakan atau pembusukan kemudian kandungan nutrisinya dapat dipertahankan.

“Dengan demikian, makanan pabrikan tiada perlu mengandung unsur pengawet dikarenakan bentuknya sudah kering sehingga awet dengan sendirinya. Dengan begitu, asumsi bahwa makanan pabrikan itu pasti mengandung pengawet tambahan bukan selalu benar adanya,” jelas prof. Sugiyono dalam siaran persnya, Kamis (28/9/2023).

Menurut prof. Sugiyono, tujuan dari makanan pabrikan juga sebenarnya untuk memberikan kesetaraan akses terhadap gizi kepada seluruh masyarakat. Akan tetapi, terkait MPASI fortifikasi, diakui oleh prof. Sugiyono bahwa proses pengolahan pabrikan makanan untuk bayi memang mampu menurunkan kadar gizi.

Tetapi, berkurangnya zat gizi pada makanan sebenarnya juga terjadi saat proses masak sendiri di tempat rumah.

“Pada makanan fortifikasi, sebagian zat gizi yang dimaksud rusak atau hilang lantaran proses pengolahan, dapat diatasi dengan menambahkan vitamin dan juga mineral pada makanan yang tersebut telah dilakukan diolah. Hal inilah yang digunakan membedakan fortifikasi dengan makanan yang diolah pada rumah,” kata Anggota Tim Pakar Direktorat Standardisasi Pangan Olahan BPOM tersebut.

Prof. Sugiyono mengatakan bahwa kesalahpahaman mengenai MPASI fortifikasi berawal dari persepsi negatif yang muncul terhadap makanan yang digunakan masuk kategori ultra processed food (UPF) dalam sistem klasifikasi makanan bernama NOVA.

Klasifikasi NOVA sendiri dicetuskan oleh peneliti dari Brazil pada tahun 2009 yang tersebut menggolongkan makanan dalam 4 kategori berdasarkan tingkat pengolahannya.

Empat kategori yang disebut dalam antaranya unprocessed kemudian minimally processed foods (seperti pangan segar), processed culinary ingredients (bahan pangan yang digunakan meliputi minyak atau lemak, gula, juga garam), processed foods (buah atau ikan pada kaleng), dan juga UPF (makanan cemilan, biskuit, minuman susu, sereal sarapan, makanan instan).

“Mungkin ibu-ibu pernah mendengar informasi bahwa MPASI fortifikasi tidak ada aman berdasarkan studi mengenai efek negatif UPF. Yang perlu diluruskan, sebenarnya belum ada satupun studi yang dimaksud menggunakan item MPASI fortifikasi sebagai sumber makanan yang diteliti,” ujarnya.

Seperti kebanyakan hasil makanan, prof. Sugiyono menyampaikan bahwa MPASI fortifikasi juga dikontrol sangat ketat oleh BPOM. Mulai dari komponen baku, proses produksi, kandungan zat gizi, serta keamanannya. Dalam aturan BPOM, MPASI fortifikasi dilarang mengandung pengawet, pewarna atau perisa, serta tiada boleh memiliki kandungan gula juga garam yang tinggi.

“Untuk komoditas MPASI fortifikasi, BPOM menerapkan standar yang mana sangat ketat mengingat pentingnya keamanan makanan bayi kemudian nilai gizinya,” pungkasnya.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *