kaptenberita.com – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memperingatkan publik untuk tidak ada sembarangan lakukan pengasapan atau fogging demam berdarah dengue (DBD), lantaran bisa saja menbuat nyamuk kebal antiseptik.
Hal ini dikatakan langsung Direktur Jenderal Pencegahan kemudian Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI, Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM., MARS, fogging yang mana terdiri dari antiseptik pembunuh serangga, lalu nyamuk yang mana terus menerus terpapar antiseptik dalam tubuhnya akan membentuk kekebalan, jadi tiada bisa jadi lagi dibasmi cuma dengan mengandalkan fogging.
“Bukan mutasi virus. Nyamuk itu makin resisten dikarenakan inteksida itu lama-lama kenal jadi resisten sejenis nyamuk,” ujar Maxi beberapa waktu lalu pada Jakarta.
DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ‘dibawa’ oleh nyamuk Aedes Aegypti, ditandai dengan gejala khas seperti demam tinggi tanpa disertai gejala lainnya, tanpa disertai batuk, pilek, ataupun sesak napas.
Maxi membantah jika fogging bisa jadi menghasilkan virus dengue bermutasi serta menyebabkan penyakit DBD semakin parah. Tapi Maxi menegaskan vogging tanpa arahan, belaka akan menyebabkan tindakan yang disebut sia-sia.
“Jadi fogging sebenarnya dijalankan setelah petugas melakukan penyidikan epidemologi. Jadi diyakinkan pada situ ada baru ada pasien positif DBD, kemudian jentik ada di tempat sekitar itu. Baru boleh radius sekitar 100 meter dijalani foging,” papar Maxi.
Adapun ia juga melarang fogging cuma diimplementasikan tanpa dasar, terlebih jika tak ada warga yang dimaksud sakit DBD di tempat wilayah tersebut.
“Melakukan fogging di tempat situ enggak ada orang sakit, (jangan) difogging,” pungkas Maxi.
Sementara itu, alih-alih melakukan fogging Maxi lebih besar menyarankan beberapa langkah berikut untuk mencegah DBD.
1. Pemberantasan Jentik Nyamuk
Nyamuk Aedes Aegypti sanggup bertelur lalu bertahan hidup pada air bersih. Tapi sayangnya masih banyak rakyat yang tersebut luput terhadap genangan air bersih, yang bisa jadi jadi wadah sekaligus sarang tempat nyamuk pembawa virus dengue ini berkembang biak.
Contohnya seperti air dalam AC, air di dalam belakang kulkas, hingga di dalam wadah penampungan air yang tersebut tidaklah ditutup rapat. Nah, kata Maxi tempat ini di dalam sekitar rumah harus ditelusuri dengan seksama, sebab mampu jadi cikal calon nyamuk Aedes Aegypti pembawa virus dengue.
2. Jumantik
Jumantik atau Juru Pemantau Jentik adalah petugas khusus yang digunakan berasal dari lingkungan sekitar yang dimaksud secara sukarela mau bertanggung jawab untuk melakukan pemantauan jentik nyamuk DBD (Aedes Aegypti) di tempat wilayahnya serta melakukan pelaporan lalu pemberantasan nyamuk.
Apabila tim jumantik tidak ada ada, minimal setiap rumah punya tanggung jawab 4 rumah di tempat sekitarnya depan, belakang, kanan juga kiri rumah selain rumahnya sendiri untuk melakukan konfirmasi tiada ada jentik nyamuk.
3. Lakukan Vaksinasi DBD
Setelah memakan waktu hingga 15 tahun untuk menyebabkan vaksin DBD Qdenga, saat ini sanggup diakses penduduk umum bahkan sudah bisa saja digunakan untuk anak usia 6 tahun hingga 45 tahun. Dengan interval 2 kali dosis suntik, maka mampu melindungi seumur hidup dari DBD lalu menurunkan risiko kematian hingga 90 persen.
Vaksin DBD juga membantu kampanye dari 3M yakni menguras tempat penampungan air, melakukan penutupan tempat-tempat penampungan air, serta mendaur ulang barang yang tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti. Lalu diubah menjadi 3MPlus Vaksin DBD, sehingga pencegahan penyakit yang mana bisa jadi menyebabkan tubuh syok ini hingga kematiankarena pendarahan ini sanggup dicegah.