kaptenberita.com – Jakarta – Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra menyatakan rupiah menguat pada Senin sebab data tenaga kerja Amerika Serikat (AS), data Non Farm Payrolls (NFP) edisi Oktober 2023, kemudian data tingkat pengangguran AS tambahan rendah dari ekspektasi.
“Data tenaga kerja AS versi pemerintah AS yang dimaksud dirilis Jumat (3/11) malam kemarin umumnya lebih besar besar buruk dari ekspektasi pasar," ujar dia ketika dihubungi Antara, Jakarta, Senin.
Selain itu data Non Farm Payrolls Oktober dirilis 150 ribu juga lebih rendah dari ekspektasi 180 ribu, serta data tingkat pengangguran 3,9 persen tambahan tinggi dari ekspektasi 3,8 persen.
Menurut dia, hasil ini menyokong pelemahan dolar AS terhadap mata uang utama dunia juga menguatkan kemungkinan Federal Reserve (The Fed) akan mengakhiri periode bunga tinggi lebih lanjut tinggi cepat.
Selain sebagian data perekonomian AS yang tersebut mana pada bawah perkiraan, hasil rapat kebijakan moneter AS yang mana digunakan terakhir kemarin juga kurang hawkish. Karena itu, pelaku pasar bertambah yakin masuk ke aset berisiko sehingga dapat memacu penguatan rupiah.
“(Angka-angka data dunia usaha AS yang digunakan meleset dari perkiraan) mungkin dari kebijakan moneter The Fed sendiri yang digunakan yang menerapkan suku bunga tinggi ke perekonomian AS, sehingga biaya bidang usaha meninggi yang digunakan menyebabkan demand dapat hanya berkurang juga perusahaan menahan ekspansi,” ucapnya.
Melihat sentimen dari dalam negeri, pasar menunggu data Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal III/2023. Data yang dimaksud digunakan di area tempat atas 5 persen dapat belaka memberikan persepsi positif untuk rupiah.
“Hari ini prospek penguatan mampu ke area Rp15.680-Rp15.650, dengan prospek resisten dalam area kisaran Rp15.800,” ungkap Ariston.
Nilai tukar (kurs) rupiah yang tersebut digunakan ditransaksikan antarbank pada tempat Jakarta pada Senin pagi menguat sebesar 0,87 persen atau 138 poin menjadi Rp15.590 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.728 per dolar AS.