kaptenberita.com –
Jakarta – Saham emiten e-commerce kompak merosot selama Oktober di dalam area tengah minimnya katalis positif. Salah satu pada dalam antaranya bahkan anjlok lebih banyak besar dari 30%.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham pengelola e-commerce Blibli PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) terkoreksi 0,44% ke Rp454/saham pada Jumat (27/10/2023). Saham BELI memang cenderung sideways sejak melantai pada 8 Oktober 2022.
Kemudian, saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) merosot 2,97% secara harian pada Jumat. Dalam sebulan, saham BUKA ambles 10,09%.
Kinerja teranyar, BUKA membukukan merugikan bersih Rp776,22 miliar per akhir kuartal III 2023. Padahal, pada periode yang mana mirip tahun sebelumnya, BUKA masih membukukan laba bersih Rp3,62 miliar.
Ini lantaran, BUKA mencatatkan merugi nilai penyertaan modal yang dimaksud digunakan belum lalu sudah terealisasi senilai Rp707,17 miliar) per 30 September 2023, dari tahun sebelumnya laba Rp5,13 miliar, terutama seiring penurunan tarif jual saham PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI).
Kabar baiknya, pendapatan bersih BUKA meningkat 28,94% secara tahunan (YoY) dari Rp2,59 triliun pada kuartal III-2022 menjadi Rp3,34 triliun. Sebelumnya, BUKA sudah diimplementasikan menetapkan nilai jual pelaksanaan program kepemilikan saham manajemen juga juga karyawan dalam Management and Employee Stock Option Program (MESOP) II menjadi Rp 189 per lembar.
“Harga penyelenggaraan yang dimaksud yang sudah pernah ditetapkan sebelumnya Rp 189 per saham,” tulis manajemen dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), pada 25 September lalu.
Manajemen mengungkapkan, jumlah agregat agregat saham yang yang dikonversi untuk periode pelaksanaanMESOP II ini mencapai 4.019.592.620 saham baru. Adapun periode pelaksanaannya dimulai pada 2 Oktober hingga 10 November 2023.
Selanjutnya, saham emiten e-commerce serta jasa ride-hailing PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) kembali melemah pada Jumat, turun lagi mendekati level gocap alias Rp50 per saham.GOTO ditutup melorot 1,75 persen secara harian ke Rp56/saham.
Alhasil, kinerja saham GOTO minus 6,67% dalam sepekan dan juga juga terjun 34,12% dalam sebulan terakhir.
Investor asing membukukan transaksi jual beli bersih (net sell) Rp48,64 miliar pada Jumat. Dalam sepekan, asing juga net sell Rp78,77 miliar, sedangkan dalam sebulan Rp763,77 miliar.
Secara teknikal, dalam grafik harian, GOTO masih tertahan pada bawah area resistance 66 dengan area support terdekat berada pada level 54-53.
Anjloknya saham GOTO terjadi seiring perseroan menyelesaikan proses penambahan modal dengan menggandeng pemodal strategis lewat skema private placement.
Dalam aksi korporasi ini, GOTO tercatat memperoleh dana segar hingga Rp 1,53 triliun setelah Bhinneka Holdings menyerap 17,04 miliar saham baru GOTO dalam dalam nilai tukar penyelenggaraan Rp 90/saham.
Selain itu, saham GOTO kembali ambles seiring komisaris lalu Co-Chairman GOTO, William Tanuwijaya sudah pernah diimplementasikan melepas saham Seri A miliknya sebesar 332.220.000 lembar saham atau setara dengan 0,03% dari modal ditempatkan kemudian disetor Perseroan.
Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), pendiri e-commerce Tokopedia hal yang disebut mengirimkan saham GOTO Seri A pada periode 9 hingga 13 Oktober saat nilai tukar saham GOTO dibanderol Rp 78,89 per lembar saham. Artinya, transaksi yang dimaksud senilai Rp 26,2 miliar.
Sentimen negatif semakin muncul ke permukaan usai terbitnya keterbukaan informasi yang mana menyebut, banyak pemegang saham pengendali GOTO berniat melego saham perusahaan dalam jangka menengah, termasuk William Tanuwijaya.
Namun, dalam waktu dekat, nilai saham GOTO tampaknya masih berpotensi tertekan lantaran belum mendapatkan katalis baru.
Rilis kinerja GOTO per kuartal III-2023 akan menjadi yang dinanti-nanti pemodal mengingat akhir bulan ini menjadi tenggat penyampaian laporan keuangan kuartal tersebut. Apabila tambahan baik dari ekspektasi pasar, tren penurunan saham GOTO mungkin akan tertahan sejenak.
Sejumlah analis menyebut ada perbaikan kinerja GOTO dari sisi bottom line dalam tempat kuartal ketiga ini. Maklum, dengan kapitalisasi pasar (market cap) yang digunakan sebesar Rp72,08 triliun (usai sempat di dalam area bilangan Rp400-an triliun pada awal listing), GOTO masih menanggung kerugian bersih. Per semester I-2023, kerusakan bersih GOTO mencapai Rp7,16 triliun, dengan pendapatan mencapai Rp6,88 triliun.
Analis PT BRI Danareksa Sekuritas Niko Margaronis, dalam riset terbarunya, misalnya, menilai induk Gojek, Tokopedia, GoTo Financial, kemudian Goto Logistics ini akan membukukan pertumbuhan nilai transaksi bruto ataugross transaction value(GTV) dari kuartal sebelumnya.
Bahkan, dia memperkirakan GOTO akan meraih pertumbuhan GTV secara qoq, dengan total GTV bersih mencapai Rp 50 triliun per bulan atau sekitar 5% naik qoq. “Kami berharap GOTO dapat memberikan pemulihan nilai GTV lalu juga kami melihat ruang untuk penerapan subsidi yang dimaksud tambahan tepat sasaran,” kata Niko, dalam riset per 6 Oktober 2023.
Secara keseluruhan, BRI Danareksa memperkirakan kenaikan margin kontribusi pada Q3-23 akan mengupayakan peningkatan EBITDA yang tersebut dimaksud disesuaikan berpotensi pada dalam bawah negatif Rp 1 triliun dalam area 3 bulan per September tahun ini. Hal ini menunjukkan bahwa GOTO masih miliki jarak yang itu harus ditempuh sebelum mencapai titik impas EBITDA alias EBITDA positif.
Sementara itu, Norman Choong kemudian Aimee Garibaldi, dua analis dari CLSA, dalam riset 4 Oktober memprediksi pendapatan bersih GOTO mampu mencapai Rp 14,75 triliun, dengan merugi bersih dapat dipangkas menjadi Rp 10,27 triliun.
Analis UOB Kay Hian juga memperkirakan adanya peningkatan kinerja GOTO dalam kuartal ketiga seiring perusahaan yang tengah berupaya mengejar pasar yang mana digunakan lebih lanjut tinggi besar juga juga secara bersamaan memperoleh hasil dari strategi peluncuran layanan ramah anggaran.
GoTo juga akan mendapatkan keuntungan dari ditutupnya TikTok Shop dalam Indonesia yang mana semakin mendongkrak GTV.
Dengan sebagian optimisme yang tersebut ada, rilis laporan keuangan kuartal III-2023 patut menjadi perhatian dan juga juga mungkin mampu hanya menjadi ‘obat kuat’ jangka pendek untuk saham GOTO.
Namun, yang tersebut dimaksud jelas, jalan menuju profitabilitas (terutama dalam bentuk laba bersih, bukan adjusted EBITDA) masih panjang sehingga tampaknya masih perlu bersabar menunggu uptrend solid dari GOTO. Demikian pula untuk dua nama lainnya, BUKA serta BELI.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]