Tok! The Fed Kembali Tahan Suku Bunga, Kapan Peluang Turun?

Tok! The Fed Kembali Tahan Suku Bunga, Kapan Peluang Turun?

kaptenberita.com –

Jakarta – Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di dalam area level 5,25-5,50%. Namun, The Fed menegaskan jika inflasi belum turun secepat keinginan dia sehingga prospek kenaikan suku bunga masih ada.

Read More

Keputusan The Fed menahan suku bunga pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia (2/11/2023) adalah yang mana dimaksud kedua kalinya dalam dua pertemuan terakhir. The Fed terakhir kali menaikkan suku bunga pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) 25 Juli 2023.  Keputusan menahan suku bunga juga sejalan dengan ekspektasi pelaku pasar.

Seperti diketahui, The Fed mengerek suku bunga secara agresif sebesar 525 bps sejak Maret 2022 hingga Juli tahun ini.

Dalam pernyataan resminya, The Fed mengatakan jika indikator terbaru menunjukkan aktivitas kegiatan sektor ekonomi AS masih kuat pada kuartal III-2023 tetapi data tenaga kerja sudah bergerak moderat bagaimanapun juga masih dalam fase yang mana kuat. Tingkat pengangguran juga masih rendah kemudian inflasi masih tinggi.

Pernyataan The Fed sedikit berbeda dengan September di tempat area mana merekan mengatakan pertumbuhan perekonomian AS ‘solid’ kemudian data tenaga kerja ‘sudah melambat tetapi masih dalam fase kuat”. Sebagai catatan, perekonomian AS tumbuh 4,9% (year on year/yoy) pada kuartal III-2023, dari 2,1% pada kuartal II-2023. Tingkat pengangguran ada di area area 3,8% pada September.

“Komite tetap menetapkan target inflasi pada kisaran 2%. Dalam menetapkan kebijakan moneter, komite akan mempertimbangkan dampak kumulatif dari pengetatan moneter, dampak ekonomi, juga perkembangan sektor keuangan,” tulis The Fed dalam keterangan resminya.

Chairman Jerome Powell pada saat konferensi pers usai rapat FOMC menjelaskan jika upaya untuk membawa inflasi kembali ke kisaran 2% masih jauh. Sebagai catatan, inflasi AS mencapai 3,7% (yoy) pada September 2023. Inflasi inti masih bergerak dalam 4,1%. Indeks Harga Belanja Personal (PCE) yang digunakan dimaksud menjadi pertimbangan utama Teh Fed masih bertengger di dalam tempat bilangan bulat 3,4% pada September 2023.

Powell juga mengingatkan jika The Fed belum menciptakan keputusan apapun terkait suku bunga untuk Desember mendatang. Semua keputusan akan sangat bergantung pada perkembangan data.
“Proses untuk menurunkan inflasi ke kisaran 2% masih sangat sangat dari selesai. Kami akan menentukan kebijakan dari pertemuan ke pertemuan,” tutur Powell, dikutip dari CNBC International.

Powell juga mengingatkan jika bank sentral belum berpikir apapun mengenai kemungkinan pemangkasan suku bunga. The Fed belum yakin jika kebijakan moneter ketat saat ini sudah cukup menurunkan inflasi.
“Kami masih fokus pada pertanyaan terpenting yaitu apakah kebijakan moneter saat ini sudah cukup untuk menurunkan inflasi ke kisaran 2%. Faktanya Komite belum berpikir sebanding sekali mengenai pemangkasan suku bunga,” ujar Powell.

Dia menambahkan  kondisi keuangan kemudian kredit sekarang makin ketat juga kemungkinan akan membebani aktivitas ekonomi, penciptaan lapangan kerja juga inflasi
“Kelanjutan dari dampak ini masih belum pasti. Sangat masuk akal jika kemudian kami bertanya “apakah kami perlu menaikkan suku bunga kembali”? imbuhnya.

Pelaku pasar menilai pernyataan The Fed yang tersebut dimaksud menilai perekonomian AS masih kuat dalam tengah pengetatan suku bunga menjadi sinyal jika The Fed masih akan hawkish ke depan. Kebijakan suku bunga higher for longer mungkin masih akan tetap terjadi.

Namun, banyak analis mengatakan pernyataan Powell tambahan dovish dari sebelumnya sehingga ada peluang suku bunga ditahan dalam 5,25-5,50% hingga akhir tahun.

Whitney Watson, analis dari Goldman Sachs Asset Management, memperkirakan suku bunga sebesar 5,25-5,50% mungkin bertahan sampai tahun depan.
“Kenaikan inflasi, biaya gas, aktivitas perekonomian yang mana kuat mampu menciptakan The Fed mengerek suku bunga. Namun, ada risiko perlambatan perekonomian yang dimaksud digunakan sanggup menghasilkan The Fed memangkas bunga,” ujar Watson, dikutip dari Reuters.

Peter Cardillo, kepala ekonom market Spartan Capital Securities, juga menilai pernyataan The Fed lebih besar lanjut dovish.
“Pernyataan The Fed pada saat ini tambahan dovish. Fakta bahwa The fed menahan suku bunga dua kali beruntun mengindikasikan ada kemungkinan The Fed juga akan melakukan hal sejenis di area dalam Desember. Jika memang demikian maka siklus kenaikan suku bunga memang sudah berakhir,” ujar Cardillo, kepada CNN Busines.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *