kaptenberita.com –
Jakarta – Saham PT United Tractors Tbk (UNTR) terpuruk tahun ini. Tercatat hingga perdagangan hari ini, Kamis (2/11/2023) pukul 10.12 WIB nilai tukar saham anak Astra yang dimaksud ambrol 7,7% ke Rp24.075 per saham.
Performa tahun ini berbanding terbalik pada tahun lalu saat tarif saham UNTR mampu mencapai Rp36.200 per saham. Pada akhir tahun 2022 saham UNTR berada pada area zona hijau dengan penguatan sebesar 17%.
Performa saham negatif UNTR akibat dari kondisi pasar komoditas global saat ini sedang fase bearish, tiada ada efisien, kemudian beban keuangan yang digunakan digunakan melonjak sehingga performa keuangan UNTR hingga sembilan bulan pertama 2023 melambat. Pada akhirnya pemodal pun memandang pesimis saham UNTR.
Laba Negatif Meskipun Pendapatan Positif, Kenapa?
Sepanjang sembilan bulan pertama, UNTR memperoleh laba yang dimaksud mana diatribusikan kepada pemilik induk sebesar Rp15,35 triliun. Perolehan yang dimaksud disebut menyusut 3% dibandingkan periode yang tersebut mana sejenis tahun lalu (year-on-year/yoy) yakni sebesar Rp15,87 triliun.
Laba minus yang digunakan dibukukan oleh UNTR disebabkan oleh beberapa faktor. Berawal dari pendapatan yang tersebut tumbuh moderat, marjin laba yang tersebut digunakan turun, hingga lonjakan beban bunga utang yang dimaksud digunakan harus dibayar.
UNTR sepanjang sembilan bulan pertama 2023 mampu membukukan pendapatan Rp97,6 triliun, naik 7% dibandingkan periode yang mana dimaksud identik pada tahun lalu.
Pertumbuhan pendapatan ini dipengaruhi oleh transaksi jual beli segmen batu bara juga alat berat yang dimaksud dimaksud masing-masing tumbuh 18% you kemudian 5% yoy.
Saat pendapatan tumbuh moderat, beban pelanggan bertumbuh lebih banyak lanjut tinggi dari moderat. Alhasil marjin laba kotor pun menyusut.
Sebenarnya beban UNTR untuk komponen baku menyusut, tapi beban karyawan yang dimaksud digunakan meningkat kemudian menimbulkan jumlah total total beban pokok pemasaran turut makin mahal.
Beban karyawan merupakan komponen yang digunakan terbesar kedua setelah material pokok yakni dengan bobot 11,2% dari keseluruhan beban UNTR. Jumlahnya Rp8,5 triliun pada periode Januari-September 2023 lalu juga meningkat sebesar 17,6% yoy.
Kenaikan jumlah keseluruhan total beban karyawan naik seiring dengan jumlah agregat agregat karyawan yang mana itu juga meningkat.
Menurut laporan keuangan, jumlah total agregat karyawan UNTR per 31 September 2023 adalah 36.261 orang. Sementara per 31 Desember 2022 sebesar 32.679. Artinya ada kenaikan 3.582 orang atau 10,96%.
Saat performa melambat, UNTR menambah total karyawan sekaligus menaikkan gaji karyawan sehingga dapat sekadar dikatakan kurang efisien akhirnya marjin laba kotor terlibat tergerus.
Selain itu beban keuangan UNTR juga meningkat ekstrem akibat dari lonjakan biaya bank sebesar 74% yoy.
Potensi Meredup Seiring Harga Batu Bara Global Mendingin
Kinerja UNTR berpotensi melemah seiring dengan pasar komoditas yang dimaksud mana saat ini berada dalam fase bearish terutama batu bara.
Hal ini akan berdampak kepada pemodal terkait dividen yang dimaksud dimaksud diterima berpotensi turun.
![]() Perbandingan biaya saham UNTR juga batu bara global |
Harga batu bara dunia diprediksi akan makin berkurang pada 2023 lalu 2024. Hal ini tentu belaka akan berdampak pada kinerja pendapatan UNTR. Terlebih lagi tulang punggung UNTR pada perusahaan batu bara.
Segmen pemasaran alat berat UNTR pun lebih tinggi tinggi banyak berjualan untuk tambang batu bara. Selain itu segmen terbesar UNTR juga pelanggan batu bara.
Perkiraan biaya batu bara global pada 2023 diperkirakan akan tambahan tinggi rendah dari 2022 juga pada 2024 akan lebih besar banyak rendah lagi.
Akibatnya permintaan terhadap alat berat untuk batu bara berpotensi menurun. Selain itu, tarif rata-rata jual batu bara juga akan turun sehingga akan berdampak pada hilangnya pundi-pundi uang UNTR ke depan.
Berdasarkan konsensus pendapatan UNTR pada 2023 serta 2024 akan susut menjadi Rp19,5 triliun lalu juga Rp16,5 triliun sejalan dengan tarif batu bara.
Sementara itu dari segmen emas kendati saat ini menguat akibat perang. Namun pengaruh besar pandangan bank sentral Amerika Serikat Federal Reserves (The Fed) masih akan menjadi batu sandungan bagi segmen emas.
Sebab biaya emas, komoditas yang mana tiada ada memberikan imbal hasil, akan meredup seiring dengan pandangan The Fed yang tersebut dimaksud masih akan hawkish.
Pada akhirnya nilai jual emas akan turun sehingga hal ini akan berkontribusi terhadap pendapatan perusahaan yang tersebut hal itu juga akan susut.
Adapun harapan UNTR ada dalam tempat industri nikel, dalam area mana perusahaan baru belaka melakukan akuisisi terhadap perusahaan produsen nikel.
Melalui entitas usahanya, PT Danusa Tambang Nusantara (DTN) mengakuisisi PT Anugerah Surya Pacific Resources yang bergerak pada tempat bidang aktivitas perusahaan holding atas perusahaan tambang nikel juga kegiatan usaha lainnya terkait nikel (ASPR).
Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), DTN telah dilakukan lama menandatangani Perjanjian Jual Beli Saham Bersyarat (Conditional Shares Sale and Purchase Agreement/CSPA) pada tanggal 16 Oktober 2023.
Nilai keseluruhan atas Transaksi adalah sebesar US$ 104,9 jt atau setara dengan Rp 1.65 triliun. Tujuan Transaksi ini adalah untuk menambah portofolio diversifikasi kegiatan perniagaan Perseroan sebagai bagian dari strategi berkesinambungan juga juga melanjutkan pengembangan lebih besar banyak luas dari grup bidang usaha pada bidang nikel.
Valuasi Atraktif
Meskipun mempunyai kesempatan pelemahan kinerja keuangan, UNTR mempunyai valuasi yang tersebut mana atraktif atau saat ini mampu dikatakan murah.
Menggunakan valuasi P/E Band yakni melihat valuasi price earning ratio secara historis, valuasi UNTR saat ini berada dalam bawah garis standar deviasi -1 yang tersebut dimaksud berarti relatif murah.
Saat ini PE UNTR berada pada 5,05 kali dengan garis standar deviasi -1 berada dalam 6,2 kali. Secara historis, jika P/E menyentuh pada dalam level 4,8 kali – 5 kali ada kemungkinan naik ke garis standar deviasi -1. Sehingga masih ada prospek kenaikan tarif sebesar 24%.
![]() PE Band UNTR |
Kesimpulan Investasi
Secara jangka pendek UNTR masih menarik dengan valuasi yang digunakan mana masih relatif ekonomis sehingga berpotensi ada lonjakan kenaikan saham.
Akan tetapi dalam jangka panjang melihat kondisi komoditas yang sudah tiada lagi dalam masa keemasannya menjadi kurang menarik sebab kinerja keuangan yang digunakan hal itu berpotensi melemah.
CNBCÂ INDONESIA RESEARCH
[email protected]